Si Jelita Langka Endemik Parahyangan , Luntur Jawa yang Esotik

Jakarta - Jika bertengger di jabbering pohon, burung yang satu ini mudah dikenali. Warna-warna cerah di tubuhnya selalu berhasil memikat hati. Warna kuning hampir menutupi seluruh bagian bawah burung ini, sedangkan bagian dadanya tertutupi warna hijau tua.

Bagian atas nampak hijau mengkilap kebiruan. Ada tiga bulu samping memiliki tepi putih dengan ujung lebar berwarna putih sebagai pemanis. Mata kecilnya terlihat bersinar dengan lingkaran mata berwarna biru. Cantik menawan.

Si burung jelita ini bernama Luntur Jawa. Satwa ini dikenal sebagai burung endemis bagian barat Pulau Jawa. Keberadaannya mulai langka karena populasinya diduga terus mengalami penurunan.

Burung dengan nama latin Apalharpactes reinwardtii ini menghuni habitat pegunungan. Oleh karena itu, burung ini kerap disebut juga dengan nama Luntur Gunung. Beberapa orang juga menyebut satwa ini Kasumba Ekor-Kuning.

Penyebaran Luntur Jawa berada di Tanah Parahyangan.Wilayah bergunung-gunung di Jawa Barat, terpantau ada di tujuh hutan pegunungan di Jawa Barat:

Gunung Halimun, Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango, Gunung Patuha-Tilu, Gunung Wayang, Gunung Papandayan, dan Ciwidey. Namun, satu-satunya lokasi di mana jenis ini mudah ditemukan adalah di Gunung Halimun.


Satwa ini juga punya kicauan yang khas. Suaranya agak parau dengan bunyi seperti 'cirr. cirrr' secara cepat. Namun, satwa ini juga punya kicauan lain. Terdengar mengalun dan memanjang, mulai dari nada rendah hingga nada tinggi dan sebaliknya.

Saat berkicau, burung jelita ini menggerak-gerakkan ekor naik turun, ekor lalu dikembangkan dan dilipat. Rasanya menyenangkan saat melihat burung endemik Jawa berkicau sambil menunjukkan keahliannya.

Secara umum, suara kicauan Luntur Jawa berbeda dari luntur sumatera. Namun burung ini punya kemampuan meniru suara kicauan burung Luntur Sumatera dengan sangat baik. Pintar banget ya!

Paruh burung Luntur Jawa juga bisa sebagai penanda umur. Pada burung dewasa akan berwarna oranye, sedangkan pada burung Luntur Jawa muda paruhnya berwarna cokelat. Secara sekilas perbedaan burung Luntur Jawa jantan dan betina tak begitu terlihat.

Bulu penutup sayap hijau bergaris kuning halus pada burung jantan dan cokelat pada burung betina.

Anggota keluarga Trogoniidae ini dulu pernah disatukan dengan spesies luntur sumatera (Apalharpactes mackloti) dengan nama luntur ekor biru, akan tetapi perbedaan ukuran, berat badan dan bulu-bulunya telah membuat keduanya dijadikan terpisah.

Spesies Burung Luntur Jawa mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada Luntur Sumatera. Panjang tubuhnya bisa mencapai 34 cm.

Keindahan Luntur Jawa justru menjadi daya pikat bagi para pemburu. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman terus terjadi menjadi salah satu faktor langkanya Luntur Jawa.

Alhasil, burung cantik dengan bulu berwarna-warni ini pun semakin terancam keberadaannya. Diperkirakan hanya tersisa beberapa ratus pasang Luntur Jawa.

Pemerintah Indonesia telah memasukkan Luntur Jawa ke dalam daftar burung yang dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Selain itu, Badan Konservasi Dunia (IUCN) pun telah menetapkan burung ini sebagai jenis yang terancam punah secara international dengan standing Rentan (VU).

Jika tidak dilindungi, bisa-bisa kita tak bisa melihat lagi kecantikan si Luntur Jawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerumunan yang Terjadi Akibat Event Joget di Sleman City Hall, Satpol PP DIY Memanggil Pihak Pengelola

Seorang Pendaki Perempuan di Laporkan Hilang di Gunung Abbo Maros Sulawesi Selatan

Karena Kelakuan Anjing Peliharaannya Chirs Browm di Gugat